The Spirit Of Mushi 無 私


無 私

Salah satu prinsip pokok prajurit intelijen didikan Sekolah Nakano yang saya ingat ialah 無 私 atau dibaca むしatau mushi. Hampir dalam setiap kesempatan selalu diingatkan wacana pentingnya mushi dalam segala peri kehidupan seorang insan intelijen. Saya tidak akan pernah lupa sampai janjkematian dan sanggup menjalani hidup sebagai mata-mata berkeliling Indonesia dan berkeliling dunia dengan menghayati prinsip mushi tersebut. Seperti juga semangat bushido bagi seorang samurai yang menjadi code of conduct bagi kehidupan seorang samurai, maka mushi ialah code of conduct kehidupan seorang mata-mata atau ninja, shinobi, atau kunoichi. Ilmu intelijen Nakano telah usang musnah dalam sistem pendidikan intelijen Indonesia lantaran tidak ada lagi generasi intelijen yang mengajarkannya. Meskipun cikal bakal atau pondasi intelijen Indonesia ialah merujuk kepada kombinasi ninja Jepang dan kearifan lokal telik sandi nusantara, namun lantaran kurangnya perhatian kepada pendidikan dan training intelijen, maka secara perlahan yang terjadi ialah kemerosotan mentalitas intelijen yang kemudian kurang menghayati identitas jati diri sebagai intelijen.

Apakah mushi tersebut?

Arti kata mushi secara sederhana ialah tidak mementingkan diri sendiri. Namun dalam kata mushi tersebut mengandung makna ketiadaan yang pada awalnya sangat sulit untuk dipahami lantaran melibatkan proses penyangkalan terhadap eksistensi kita sebagai mahluk sosial. Prinsip mushi ini sanggup dibandingkan dengan aliran Hindu sebagaimana tertulis dalam Bhagawat Gita dalam pernyataan Ramakhrisna wacana pembacaan mantra Gita, di dalam aliran buddha dan zen yang mana melalui meditasi sanggup mencapai kesempurnaan diri, kemudian di dalam aliran Yahudi berkembang menjadi kebencian terhadap diri sendiri (jiwa yang mencela), dalam aliran Katolik dicontohkan dengan pengorbanan Yesus, dalam dunia Islam banyak dipraktekkan oleh kaum Sufi. Perbandingan tersebut tentu tidak bersifat mutlak lantaran terdapat perbedaan makna sesuai dengan aliran masing-masing.

Dari the spirit of Mushi atau semangat mushi yang menjiwai setiap insan yang telah lulus sebagai shinobi akan mempraktekan 11 prinsip dalam hidupnya yakni:

1. Bebas dari ambisi pribadi
2. Bebas dari emosi
3. Loyalitas ialah jiwa saya
4. Misi kiprah ialah jantung saya
5. Kerahasiaan ialah darah saya
6. Di tengah masyarakat saya menghilang
7. Saya menghilang dalam bayangan
8. Bayangan saya bisa rendah dan tinggi
9. Rajin berlatih menghilang dalam bayangan
10. Selalu melaksanakan persiapan sebelum misi
11. Ketika saya berpolitik maka saya bukan lagi intelijen

Makna dari 11 prinsip Mushi tersebut ialah sebagai berikut:

Pertama, bebas dari ambisi pribadi. Seperti aliran Buddha dan Zen yang membebaskan insan dari hasrat kehidupan duniawi maka bagi seorang mata-mata dibutuhkan suatu keadaan jiwa yang bebas dari ambisi eksklusif lantaran tugasnya ialah melaksanakan misi dari pimpinan untuk kepentingan bangsa dan negara. Ambisi eksklusif baik berupa cita-cita untuk kekayaan, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya ialah penyakit yang sanggup merusak efektifitas kerja intelijen. Kualitas insan intelijen yang sanggup menanggalkan ambisi pribadinya akan luar biasa lantaran beliau bekerja tanpa pamrih dan sungguh-sungguh serta fokus kepada misi. Hal ini dalam kacamata insan modern akan terlihat klise atau bahkan tidak mungkin lantaran insan intinya selalu bertanya bagaimana dengan nasib saya atau fokus kepada kepentingan diri sendiri. Namun justru sikap menyerupai itulah yang melahirkan penghianatan, persaingan sesama mata-mata yang tidak sehat, serta fokus yang lemah kepada misi, dan hilangnya militansi dalam melaksanakan kiprah intelijen. Itulah sebabnya dalam banyak sekali tradisi rekrutmen intel-intel yang handal di banyak sekali forum intelijen terkemuka di dunia seringkali dicari calon mata-mata yang yatim piatu atau mereka yang tidak mempunyai afiliasi keluarga besar yang besar lengan berkuasa secara politik. Secara teori akan lebih gampang bagi mereka yang telah terbiasa tanpa keluarga untuk bekerja tanpa pamrih, menempuh resiko tinggi, dan fokus kepada kiprah tanpa ambisi pribadi. Bila anda anak seorang Jenderal atau politisi atau dari keluarga yang terpandang, sangat sulit untuk tidak menginginkan posisi yang tinggi dalam kehidupan anda bukan?

Kedua, bebas dari emosi. Bagaimana mungkin kita sebagai insan menanggalkan emosi kita atau menyimpannya di dalam hati kita? Pertanyaan ini sangat umum dan logis. Namun justru itulah yang dituntut dari seorang insan intelijen. Hal ini bukan berarti anda menjadi berdarah masbodoh tanpa ekspresi di wajah anda. Apa yang dimaksud bebas dari emosi ialah bahwa seorang mata-mata harus bisa mengendalikan emosinya baik ketika dalam keadaan teramat sangat sulit dan tersiksa untuk tidak menangis, dan dalam keadaan dipuji dan kesenangan untuk tidak lupa diri. Kesadaran tinggi untuk menyadari emosi yang bergejolak di dalam hati kita sebagai seorang mata-mata bukanlah hal yang gampang untuk dicapai. Contoh ekstrim ialah kekuatan mental menghadapi siksaan musuh jika anda tertangkap serta kesiapan untuk "bunuh diri" membawa belakang layar bersama kematian anda. Contoh lain ialah tidak mempertunjukkan kesenangan anda pada sesuatu apakah itu perempuan cantik, harta benda menyerupai kendaraan beroda empat glamor dan properti, dan lain-lain.  Semua itu akan terlihat dalam emosi impulsif anda ketika menjalani misi intelijen. Misalnya umumnya pria bahagia dengan perempuan manis yang sexy, baik dan menarik hati. Keumuman sikap kaum pria tersebut tersebut tentunya juga dialami mereka yang menjadi mata-mata lantaran mata-mata juga manusia, namun ancaman dari jebakan perempuan manis sudah sangat sering terjadi dalam cerita tragis insan intelijen lantaran akan gampang dijebak oleh musuh. Inti dari bebas dari emosi ialah anda tidak menawarkan kelemahan anda.

Ketiga, loyalitas ialah jiwa saya. Seorang intel, ninja, shinobi atau kunoichi akan kehilangan nilainya ketika ia kehilangan loyalitasnya. Seperti juga samurai yang menempatkan loyalitas sebagai salah satu prinsip dalam semangat bushido, maka dalam semangat mushi prinsip loyalitas ialah harga mati, yakni jika anda berkhianat hukumannya ialah mati. Bila anda kabur dari misi, hukumannya juga mati. Bila anda berinisiatif dengan wangsit sendiri yang menyimpang dari misi maka hukumannya juga mati. Loyalitas kepada pimpinan, loyalitas kepada misi, loyalitas kepada bangsa dan negara ialah jati diri yang menempel kepada seorang insan intelijen.

Keempat, misi kiprah ialah jantung saya. Bila loyalitas menjadi jiwa seorang intel, maka misi kiprah ialah jantungnya. Walaupun sanggup dimaknasi secara seimbang antara jantung dan jiwa, namun jantung disini juga bermakna sentra perhatian dan sentra dari peri kehidupan kiprah dan acara insan intelijen. Artinya insan intelijen kiprah pokok dan fungsinya ialah melaksanakan misi yang diamanatkan oleh pimpinan atau komandan intelijen. Bila anda misinya ialah menciptakan analisa maka laksanakan misi tersebut sebaik-baiknya secara velox et exactus. Bila anda misinya melaksanakan inflitrasi dan penggalangan maka laksanakan kiprah tersebut secara tuntas sampai tujuan misi tercapai. Bila anda misinya ialah melaksanakan penyelidikan di wilayah musuh, maka laksanakan kiprah penyelidikan tersebut secara tepat sehingga anda memperoleh isu yang dibutuhkan pimpinan.

Kelima, Kerahasiaan ialah darah saya. Masih menyerupai dengan prinsip jiwa loyalitas, jantung misi tugas, maka kerahasiaaan ialah darah saya. Maknanya ialah bahwa segenap penggerak sikap perbuatan saya diselubungi oleh kerahasiaan. Karena darah mengalir di seluruh badan saya, maka lisan saya tidak akan mengungkapkan rahasia, tangan saya tidak akan menuliskan rahasia, kaki saya tidak akan melangkah pada pembongkaran rahasia. Bila saya tidak sanggup menjaga rahasia, maka berarti darah mengalir keluar dari badan saya dan hanya kematian yang pantas saya terima.

Keenam, ditengah masyarakat saya menghilang. Maknanya ialah saya ada di tengah-tengah masyarakat tetapi masyarakat tidak akan pernah menyadarinya atau mengenalinya. Saya menyatu dengan masyarakat secara masuk akal dimanapun saya berada dalam melaksanakan tugas. Untuk dalam menghilang di tengah-tengah masyarakat maka anda sanggup mencicipi betapa pentingnya prinsip pertama dan kedua dalam memperkuat pondasi hilangnya diri kita ditengah-tengah masyarakat. Bila anda mempunyai ambisi eksklusif yang besar, boleh jadi pada suatu masa anda memperoleh kesempatan untuk menjadi tenar, kaya dan terhormat di tengah-tengah masyarakat. Kemudian anda menjadi rajin memupuk eksistensi diri anda di tengah-tengah masyarakat. Bahkan puncak kebodohan anda ialah eksistensi tersebut lantaran anda seorang intelijen. Jati diri intelijen meskipun kontroversial namun hampir selalu dikagumi dan dihormati. Anda akan gampang untuk kawin lagi lantaran anda seorang intel, anda sanggup memperoleh banyak hal dalam hidup anda lantaran anda seorang intel. Mengapa demikian? hal itu tidak terlepas dari skill dan kemampuan anda dalam seni intelijen yang tinggi yakni gampang mempesona siapapun yang menjadi sasaran anda sebagaimana diajarkan dalam pendidikan dan pelatihan. Maka hati-hatilah dengan ambisi dan emosi anda, lantaran hal ini sanggup melemahkan kemampuan anda untuk menghilang di tengah-tengah masyarakat.

Ketujuh, saya menghilang dalam bayangan. Sering kita dalam komunitas intelijen menyaksikan insan intelijen yang rusak mentalnya yakni raja menghilang di tengah kiprah atau menghilang ketika dibutuhkan atau menghilang ketika harus bertanggung jawab. Iya, tidak sedikit saya mendengar insan intelijen yang kabur atau menghilang dari tugas. Hal itu tidak mungkin terjadi dari alumni Nakano, Saipan, maupun kelompok-kelompok kecil binaan alumni Nakano. Semoga komunitas intelijen Indonesia ketika ini waspada dengan abjad jelek tersebut dan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang suka menghilang dari tugas. Berbeda dengan abjad jelek menghilang ketika tugas, makna dari menghilang dalam bayangan ialah pentinganya cover dalam kehidupan seorang insan intelijen. Sebagai intelijen yang melaksanakan tugas, anda menghilang dan mewujud dalam bentuk lain dalam cover baik identitas, pekerjaan, cerita hidup, dan banyak sekali hal yang dibutuhkan lengkap untuk bayangan gres anda di tengah-tengah masyarakat.

Kedelapan,  bayangan saya bisa rendah dan tinggi. Maknanya ialah cover anda bisa rendah secara strata sosial menyerupai kaum miskin dhuafa, gembel, bahkan orang gila sekalipun, namun juga bisa tinggi menyerupai pejabat, perwira, tokoh, celebritas, ulama, orang kaya, pengusaha sukses, dan lain sebagainya. Intinya disini jangan disamakan dengan penipu, lantaran keahlian anda tersebut sanggup menjerumuskan diri anda menjadi penipu yang tentunya bekerja untuk kepentingan dan laba pribadi. Anda ialah pemain film yang piawai memerankan kiprah anda dalam bayangan anda sesuai dengan misi dan kebutuhan informasi. Jangan termakan untuk melaksanakan hal lain selain misi utama anda yang diamanatkan oleh pimpinan.

Kesembilan, rajin berlatih menghilang dalam bayangan. Tidak gampang untuk memerankan suatu lakon dalam bayangan anda di tengah-tengah masyarakat. Perbedaan anda dengan pemain film atau aktris film ialah bahwa cerita anda tidak direkam dalam film untuk ditonton, melainkan cerita konkret yang terus bergulir dari satu kiprah ke kiprah lainnya. Hal ini khususnya untuk operator operasi lapangan agresi belakang layar atau covert action, dimana anda tidak bisa tiba-tiba berperan sebagai pengusaha jika tidak mempelajari sungguh-sungguh bagaimana abjad dan sikap umum pengusaha disertai pemahaman dalam banyak sekali istilah bisnisnya. Demikian juga ketika anda menyamar menjadi seorang wartawan, aktivis, ilmuwan, atau ulama semuanya mempunyai abjad dan sikap khusus yang tidak sanggup anda kuasai dalam sehari. Oleh lantaran itu rajjin-rajinlah membaca, berguru dan berlatih.

Kesepuluh, selalu melaksanakan persiapan sebelum misi. Keadaan diharapkan dari para insan intelijen ialah selalu siap sedia untuk diterjunkan dalam suatu misi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun anda sudah rajin berlatih, jangan pernah mengabaikan persiapan sebelum pelaksanaan tugas. Hal ini mengacu kepada planning operasi baik yang sifatnya logistik maupun rangkaian planning sanksi pelaksanaan misi. Sukses suatu misi sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan persiapan anda sebelum menjalani misi tersebut. Bila persiapan anda jelek atau tergesa-gesa, maka kemungkinan misi gagal menjadi tinggi.

Kesebelas, ketika saya berpolitik maka saya bukan lagi intelijen. Prinsip terakhir ini agak berbeda dengan sepuluh prinsip sebelumnya lantaran terkait dengan pergeseran fungsi. Masih terkait dengan prinsip pertama yakni ambisi, ada kalanya seorang insan intelijen mempunyai kesempatan untuk berkuasa di suatu negeri/negara, khususnya mereka yang telah mencapai posisi puncak organisasi dan penguasaan informasi. Pada level ini tentu tidak sanggup dipungkiri, bahwa insan intelijen juga mempunyai kapabilitas untuk memimpin suatu negeri/negara sebagaimana terjadi di banyak negara di dunia. Pada level inilah ambisi anda menjadi pemimpin sah-sah saja untuk ditempuh, namun  hal itu berarti anda sudah bukan intelijen lagi melainkan pemimpin yang kebetulan mempunyai sejarah intelijen. Anda harus segera menanggalkan identitas intelijen anda dan bermetamorfosis negarawan yang telah dibekali pengalaman intelijen untuk kepentingan bangsa dan negara. Jangan berperilaku menyerupai layaknya mata-mata lantaran anda akan jatuh di mata masyarakat. Garis pemisahnya sangat jelas, yakni ketika anda mulai memikirkan bagaimana membawa perubahan masyarakat yang lebih baik melalui jalur kekuasaan politik, maka segeralah anda tanggalkan jati diri intelijen dan jadilah negarawan yang baik.

Di hari yang mulia ini 72 tahun sudah Indonesia Merdeka terngiang pekikan lantang MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA dengan tangis dan suka cita kemerdekaan Indonesia. Intelijen Indonesia hanya selang beberapa ahad sesudah kemerdekaan 17 Agustus 1945 dibangun oleh sahabat-sahabat alumni Sekolah Nakano. Saya berani bertaruh, generasi intelijen Indonesia ketika ini tidak ada yang mengenal sejarahnya sendiri. Usia organisasi intelijen Indonesia ialah sama dengan usia negara Republik Indonesia, 72 tahun terus-menerus mengawal perjalanan bangsa dan negara Indonesia. Semoga anda diantara anda yang berkenan menyebarluaskan dan mengajarkan kembali kepada komunitas intelijen Indonesia.

Boleh jadi prinsip Mushi telah dilupakan oleh komunitas intelijen Indonesia, boleh jadi komunitas intelijen merasa Mushi merupakan prinsip intelijen gila (Jepang) yang harus dilupakan. Namun adakah diantara anda komunitas intelijen yang memahami bahwa prinsip gila Mushi tersebut telah mengalami proses sinkritisme dengan kearifan lokal telik sandi dalam konsep prajurit perang fikiran? Budaya dan tradisi Indonesia masa kemudian ialah selalu bersifat kebathinan, baik dalam semangat Hindu, Hindu-Buddha, Buddha, Islam, Kristen, Konghucu dan banyak sekali kepercayaan Nusantara seluruhnya sarat dengan aspek kebathinan yang sangat kuat. Semua berbicara dilema hakikat, hakiki, dan pemaknaan hidup yang dalam, yakni sejatinya hidup atau hakikat eksistensi hidup manusia, dimana salah satunya ialah terkait dengan ketiadaan diri kita di hadapan Yang Maha Kuasa. Beruntunglah para insan intelijen Indonesia jika telah memparktekan ketiadaan dan pengorbanan dalam perjalanan hidupnya serta pelaksanaan tugasnya, lantaran hal itu juga sanggup mengantarkan kepada pemahaman wacana hakikat kehidupan yang sementara di dunia ini.

Semoga bermanfaat
Salam Intelijen
Merdeka !!!
Senopati Wirang
Sumber https://intelindonesia.blogspot.com

0 Response to "The Spirit Of Mushi 無 私"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel