Tentang Propaganda Allan Nairn

Beberapa analis strategis Tentara Nasional Indonesia dan sejumlah jaringan Blog I-I memberikan pentingnya pengungkapan latar belakang propaganda-propaganda yang dikendalikan oleh Allan Nairn wacana Indonesia. Sesungguhnya agak sulit dan cukup kompleks dalam menjabarkan suatu propaganda dari akarnya hingga sasaran tujuan yang sesungguhnya. Karena di dalam propaganda yang baik akan mengandung pesan propaganda lain yang bersifat multidimensi. Namun ketika anda telah paham betul wacana teknik-teknik propaganda dan juga sangat mengerti wacana emosi dasar insan serta banyak sekali pola reaksi umum dari masyarakat, maka membedah suatu propaganda tidaklah sulit. Namun demikian, harus tetap diingat bahwa ketelitian dan keahlian dalam memaknai kata dan kalimat menjadi sangat penting dan merupakan kunci dari ketahanan seseorang, bangsa dan negara terhadap gelombang propaganda. Sebagai pola perhatian pola kalimat yang dipakai Blog I-I dalam menjelaskan propaganda intoleransi Pemerintahan Jokowi-JK pada artikel-artikel sebelumnya. Singkatnya meskipun propaganda intoleransi sangat penting untuk masyarakat yang multikultural, namun lantaran tekniknya sangat jelek dan tujuannya untuk membela Ahok, maka nilai propaganda tersebut menjadi sangat rusak pula.


Sebelum membahas propaganda-propaganda Allan Nairn, mohon dikenal dulu siapa Allan Nairn tersebut. Dalam wikipedia, website allannairn.org, akun twitternya, kita sanggup membaca apa yang ingin ditampilkan Allan Nairn kepada masyarakat internasional wacana dirinya. Secara singkat seorang jurnalis/wartawan investigasi  yang fokus kepada kebijakan luar negeri AS terhadap Indonesia, Timor Timur (Timor Leste), Burma (Myanmar), Haiti, Guatemala, serta dunia Islam (diduga besar lengan berkuasa lantaran faktor spesialisasi Indonesia wajib memahami dunia Islam). Untuk detil siapa Allan Nairn silahkan sahabat Blog I-I baca sendiri pada tautan tersebut atau bahkan riset sendiri melalui internet, secara umum yang akan ditemukan yaitu apa-apa yang ingin ditampilkan oleh Allan Nairn kepada masyarakat.

Benang merah fokus bahasan Allan Nairn yaitu kebijakan luar negeri AS dan situasi kondisi negara-negara yang jadi amatan Allan yakni sistem politik diktator/junta/otoriter/militeristik. Indonesia pada kala Presiden Suharto merupakan mainan propaganda Allan lantaran materi goresan pena untuk menggerogoti rejim Orde Baru sangat banyak khususnya terkait dengan pelanggaran HAM, sikap militer Indonesia baik di kawasan konflik maupun secara umum, serta kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru. Siapa yang berkepentingan untuk membaca analisa Allan Nairn? Karenanya sifat analisanya yang investigatif maka sangat menyerupai dengan laporan intelijen. Selain itu, ketika Allan berhasil memperoleh informasi-informasi yang sulit diperoleh oleh perwakilan resmi pemerintah AS, materi dari Allan Nairn pun menjadi salah satu sumber bacaan pengambil keputusan di AS.

Propaganda-propaganda Allan Nairn di kala Orde Baru sanggup dipahami sebagai propaganda untuk melemahkan Pemerintahan Suharto serta mendorong demokratisasi. Propaganda khusus terhadap propinsi Timor Timur dan Papua yaitu potongan dari upaya mendorong kemerdekaan. Sementara propaganda wacana Aceh anehnya bukan untuk mendukung kemerdekaan Aceh, tetapi hanya sekedar mengkritisi kebijakan militer Indonesia di Aceh. Catatan: mohon pembaca Blog I-I melaksanakan cross check terhadap artikel-artikel analisa Allan yang lama. Pada kala ini, apapun label profesinya, orang-orang menyerupai Allan Nairn dan sejumlah pengamat Indonesia yang kritis di luar negeri mendapat perhatian besar dari pemerintah AS dan negara-negara Barat secara umum. Konteksnya yaitu merupakan potongan dari upaya besar mendorong demokratisasi di Indonesia, yang mana Presiden Suharto terlambat dalam mengantisipasi dan merespon perubahan sosial politik masyarakat Indonesia. Mereka bagaikan selebritas intelektual yang sering dirujuk oleh media-media Barat dalam menganalisa dinamika sosial politik dan keamanan di Indonesia.

Allan Nairn pada ketika melaksanakan pekerjaannya mengamat-amati dan menganalisa Indonesia tentunya perlu membangun hubungan dan komunikasi dengan orang-orang Indonesia yang paham wacana situasi dalam negeri Indonesia. Tidaklah mengherankan apabila terjalin hubungan baik Allan dengan sejumlah tokoh nasional, birokrat atau bahkan pegawanegeri keamanan yang mana dalam konteks demokratisasi Indonesia setuju bahwa rezim Orde Baru harus ditumbangkan. Semuanya telah menjadi catatan sejarah, dan bangsa Indonesia juga setuju untuk membangun demokrasi yang sebenarnya semenjak tahun 1998.  Semua yang Allan lakukan di masa kemudian yang dianggap sebagai bahaya oleh Orde Baru, di kala reformasi merupakan hal biasa. Allan mulai kehilangan pamor sebagai pengamat Indonesia lantaran semakin banyak pengamat dan akademisi asing yang analisanya lebih akurat. Selain itu, keterbukaan Indonesia menjadikan saluran informasi semakin mudah, sehingga informasi dan analisa Allan menjadi sangat biasa saja. Bahkan kualitasnya kalau dibandingkan analis-analisa akademis maupun jurnalis lainnya sangatlah jauh. Untuk akademisi sangat banyak dan sahabat Blog I-I sanggup mencarinya di universitas-universitas ternama baik di AS, Australia, Inggris, Norwegia, dll. Untuk jurnalis sebut saja contohnya Joe Cochrane, Nick Owen, Sam Reeves, Jewel Topsfield, Justin Doebele, Archicco Guiliano, dll. Untuk forum Think Tank, Sidney Jones juga jauh lebih anggun analisanya daripada Allan.

Mari kita sedikit masuk ke dalam teori propaganda dan tujuan propaganda. Secara umum propaganda bersandar pada pemahaman verbal, tulisan, pesan-pesan tertentu supaya sasaran terpengaruh, berubah pikiran, atau bahkan puncaknya yaitu human hacking dimana disadari atau tidak seseorang, kelompok masyarakat atau bahkan suatu bangsa menjadi mengikuti kemauan propagandis.  Dalam bahasa yang lebih halus, propaganda juga kita kenal sebagai pendidikan, pencerahan, dakwah, ceramah, lecture, dll. Berbeda dengan pendidikan, pencerahan dll, ciri khusus dalam kata propaganda yaitu muatan politik ideologi yang hampir identik dengan kepentingan politik atau kekuasaan.

Konsep paling fundamental atau radikal dari propaganda yaitu keberhasilan "memaksakan" pendapat atau cara pandang. Betapapun halusnya atau kasarnya atau tersembunyinya atau terbuka frontalnya sebuah propaganda, cara kerjanya yaitu sama yakni memainkan emosi, empati, keragu-raguan, ketidaktahuan, prasangka-prasangka, wangsit konspirasi, serta keterbatasan pemahaman masyarakat secara umum. Perlu diakui bahwa Blog I-I sedikit banyak juga melaksanakan hal yang sama namun dengan tujuan yang semoga sanggup dipahami sisi baiknya bagi bangsa dan negara Indonesia.

Propaganda juga penuh dengan dinamika coba-coba dan melihat respon atau reaksi dari sasaran. Ahli propaganda menyerupai Arswendo Atmowiloto contohnya pernah mengajarkan kepada salah satu jaring Blog I-I wacana pentingnya kreatifitas, kekayaan ide/gagasan, serta cara penyampaian apakah secara bombastis, naik turun berirama, ataukah datar meyakinkan, dll. Keberhasilan sebuah propaganda yaitu ketika sasaran bereaksi, bahkan diharapkan reaksi yang berlebihan. Baik reaksi yang menjadi ikut terpengaruh oleh propaganda maupun yang reaksi yang menjadi anti atau sangat murka terhadap isi propaganda.

Allan Nairn terperinci cukup hebat dalam melaksanakan propaganda-propaganda terhadap Indonesia dan ingat bahwa Allan sudah puluhan tahun mengamati Indonesia dan cukup paham wacana Indonesia.

Allan Nairn juga seorang jurnalis yang tidak mempunyai outlet media yang kredibel serta lebih sempurna disebut sebagai wartawan bodrek yang akan menulis demi pesanan pihak-pihak tertentu.Tanpa bermaksud menuduh tanpa dasar, artikel terbaru Allan Nairn terperinci pesanan untuk menjatuhkan Panglima TNI.

Artikel berjudul Trump's Indonesian Allies in Bed with ISIS-Backed Militia Seeking to Oust Elected President dimuat pada media online The Intercept yang gres diluncurkan pada tahun 2014 dengan fokus gosip memuat dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden dan menyoroti National Security Agency (NSA) AS. Belakangan The Intercept menjadi platform gosip dan analisa yang konon mengedepankan hal-hal terkait konflik, permusuhan dan pro-kontra di banyak sekali bidang di dunia. Apa yang disampaikan oleh Allan sudah memenuhi platform The Intercept, namun yang perlu sahabat Blog I-I ketahui, The Intercept yaitu media online dengan manajemen, editorial, dan pengecekan akurasi berita/analisa yang lemah (Blog I-I belum cukup riset untuk menilai The Intercept sebagai media abal-abal). 

Propaganda Allan sanggup dikatakan tidak mengecewakan berhasil lantaran sudah dikutip sejumah media di Indonesia menyerupai Detik, Tempo, Tirto, serta menyebar luar melalui sosial media baik grup WA, twitter, maupun platform lainnya. Propaganda Allan Nairn berkolaborasi dengan propaganda jahat SEWORD yang dalam banyak tulisannya sangat tendensius mengadu domba sesama anak bangsa Indonesia. Blog I-I sangat mengapresiasi tanggapan Panglima Tentara Nasional Indonesia yang sangat tepat, benar bahwa artikel Allan tidak perlu ditanggapi lantaran sifatnya yang penuh kebohongan, propaganda murahan dan ingin mengadu domba Tentara Nasional Indonesia dengan Presiden dengan tujuan supaya Panglima Tentara Nasional Indonesia dicopot.

Pertanyaannya kemudian yaitu siapakah yang memperlihatkan pesanan kepada Allan dan berapa Allan dibayar untuk menulis propaganda sejahat itu?

Blog I-I telah mengkritik keras Polisi Republik Indonesia yang masuk dalam jebakan rekayasa Makar dalam sejumlah artikel sebelumnya. Sekaligus dalam kesempatan ini, Blog I-I ingin memberikan permohonan ma'af kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang awalnya Blog I-I berprasangka telah memainkan isu sensitif Makar, ternyata ditekan untuk melaksanakan rekayasa Makar tersebut. Blog I-I gres belakangan mengerti betapa sulitnya posisi Kapolri ketika ini.

Blog I-I tidak ingin berspekulasi atau berprasangka lebih jauh wacana pemain film intelektual yang menyuruh Allan menciptakan propaganda yang terperinci akan menciptakan Indonesia semakin lemah, memecah belah pesatuan bangsa, dan menciptakan pemerintahan Jokowi menjadi tidak stabil. Berbeda dengan artikel-artikel Blog I-I yang menurut pada kecintaan tanah air Indonesia, artikel Allan tidak mempunyai tenggang rasa kepada nasib jutaan rakyat Indonesia yang ingin kedamaian dan kesejahteraan.

Sekarang perhatikan bagaimana Allan mencoba meyakinkan pembaca dalam propagandanya pada alinea ke 3:

This account of the movement to overthrow President Jokowi is based on dozens of interviews and is supplemented by internal army, police, and intelligence documents I obtained or viewed in Indonesia, as well as by NSA intercepts obtained by NSA whistleblower Edward Snowden. Many sources on both sides of the coup spoke on condition of anonymity. Two of them expressed apparently well-founded concerns about their safety.

Artikel Allan diklaim menurut lusinan wawancara, dilengkapi dokumen TNI, Polisi, dan Intelijen (BAIS Tentara Nasional Indonesia / BIN?) yang diperolehnya di Indonesia, dokumen NSA yang dibocorkan Edward Snowden, serta sumber-sumber anonim yang khawatir dengan keselamatannya. 

Sebagai propagandis senior, Allan mungkin sudah kurang teliti dalam upayanya meyakinkan pembaca. Pertama dan yang paling ceroboh yaitu klaim menurut dokumen NSA yang dibocorkan Snowden. Allan lupa periode waktu dokumen NSA yang bocor wacana Indonesia tidak termasuk tahun 2016-2017 dimana konteks artikelnya berada. Ternyata apabila dibaca secara teliti yang dimaksud dengan dokumen NSA yaitu dokumen-dokumen usang wacana Islam di Indonesia, FPI, dll. Kedua, melaksanakan lusinan wawancara di Indonesia apakah sanggup dilakukan dalam waktu singkat, dan selama paling tidak semenjak rekayasa Makar pertama Desember 2016 dan rekayasa Makar kedua Maret 2017, apakah Allan berada di Indonesia? kalau iya apakah cukup waktunya menciptakan janji pertemuan wawancara sebanyak lusinan? Ketiga, wacana klaim wacana dokumen dari TNI, Polisi, BAIS Tentara Nasional Indonesia dan BIN tidak sanggup dipercaya. Rasanya Indonesia sudah harus melaksanakan overhaul internal security TNI, Polisi, BAIS TNI, dan BIN apabila Allan sungguh-sungguh berhasil memperoleh dokumen penting dari lembaga-lembaga pertahanan dan keamanan tersebut. Kemudian wacana sumber-sumber anonim yaitu klaim yang umum dipakai manakala sumber tersebut mempunyai posisi sangat penting dan terancam keamanannya atau posisinya kalau ketahuan. Penggunaan sumber anonim sama sekali tidak tercermin dalam kedalaman data investigasinya yang biasanya justru menjadi andalan dalam sebuah goresan pena analisis.

Dari dasar klaimnya saja sudah lemah, artinya Allan tidak tahu lebih banyak dari masyarakat Indonesia yang rajin membaca koran, media internet atau yang aktif dalam media umum fokus pemberitaan nasional. Semua yang ditulis Allan sangat biasa dan terbuka datanya. Hanya saja kelebihan Allan sebagai seorang propagandis yaitu menyambungkan skenario Makar dari dinamika pilkada DKI Jakarta. Mohon dibandingkan dengan artikel-artikel Blog I-I sebelumnya wacana rekayasa Makar. Ketika Blog I-I pertama kali mengungkapkan isu Makar, maksud dan tujuannya yaitu pencegahan dan penyadaran baik kepada pemerintah maupun oposisi untuk lebih berkepala masbodoh dalam menyikapi dinamika politik baik di Jakarta maupun secara nasional. Setelah Blog I-I melaksanakan konfirmasi kepada sejumlah Jenderal aktif dan purnawirawan Tentara Nasional Indonesia di sela-sela pertemuan para purnawirawan TNI, Blog I-I hingga pada kesimpulan bahwa makar atau rekayasa makar sangat prematur untuk dipakai sebagai alat politik melemahkan kemarahan umat Islam (meskipun yang muncul yaitu FPI, GNPF MUI, FUI, namun hakikatnya Blog I-I yakin bahwa lebih banyak didominasi umat Islam tersinggung) terhadap Ahok dalam masalah penistaan agama.

Satu-satu tumpuan Allan yang patut didalami yaitu pernyataan mantan Kepala BAIS Soleman B Ponto yang diklaim Allan disampaikan pada ketika wawancara:

One official, retired Adm. Soleman Ponto, who is not a supporter of the coup movement, is the former chief of military intelligence (BAIS) and currently advises the state intelligence agency (BIN). Though he declined to comment directly when I asked him about specific intelligence reports, Soleman said that it was “very clear” that SBY, whom he called a friend, helped fund the movement, “giving through a mosque, giving through a school, SBY is the source.” 

More broadly, Ponto said, “almost all the retired military” and “some current military back SBY” in supporting the FPI-led protests and the coup movement. He said he knows this because — in addition to his being an intelligence man — the pro-coup generals are his colleagues and friends, many of whom correspond on the WhatsApp group known as The Old Soldier. The admiral said that for the movement’s military sponsors, the Ahok issue is a mere entry point, a religious hook to draw in the masses, but “Jokowi is their selesai destination.” 

As for the tactic of a straight army assault on the palace in a coup d’etat, Ponto said that would not happen. This one would be “a coup d’etat by law,” resembling in one sense the uprising that toppled Suharto in 1998, except that in this case the public would not be on the revolt’s side — and the army, rather than defending the president, would be working to bring him down. The FPI-led protestors, he said, would enter the palace and congress grounds, then try to get inside and set up camp until someone made them leave. 

“It would look like People Power” — the people gathered by FPI and their allies, but in this case, “with everything paid. The military would just do nothing. They only have to go to sleep” and let the president fall.

Dalam mengutip Soleman B. Ponto, Allan lupa bahwa mantan Ka BAIS Tentara Nasional Indonesia tersebut mempunyai ketidaksukaan terhadap SBY yang memberhentikannya dari jabatan Kepala BAIS. Selain latar belakangnya yang Katolik sehingga akuntabilitas obyektifitas evaluasi terhadap konsep amal dalam Islam yang cenderung tendensius tanpa data akurat, pernyataan Soleman B. Ponto tidak jauh berbeda dengan pernyataan juru bicara Polisi Republik Indonesia dalam menjelaskan masalah Makar, yakni perebutan kekuasaan dengan hukum. Sebuah dongeng rekayasa yang sekali lagi sangat prematur.

Tuduhan yang berat terhadap Tentara Nasional Indonesia (Army) telah dilakukan oleh Soleman Ponto yakni: "-- and the army, rather than defending the president, would be working to bring him down." dan
"The military would just do nothing. They only have to go to sleep” and let the president fall."

Sebagai sesama kolega yang memegang teguh prinsip intelijen, saya eksklusif ingin mengingatkan sahabat Soleman B. Ponto, bahwa prajurit perang fikiran tiada pernah ada dalam dinamika propaganda, menghilang eksistensinya, tidak kelihatan, belum tentu tidak ada, yang adapun belum tentu itu bentuknya. Blog I-I sangat erat dengan anda dan telah sering mendengarkan kekecewaan anda terhadap Tentara Nasional Indonesia termasuk bobroknya intelijen Tentara Nasional Indonesia dan training serta sistem seleksi yang tidak profesional. Namun kalau benar sahabat Ponto memberikan kepada orang asing Allan Nairn informasi bahwa Tentara Nasional Indonesia akan melaksanakan hal-hal yang sanggup menjatuhkan Presiden Jokowi (would be working to bring him down) dan membiarkan Presiden Jokowi jatuh, maka saya sangat duka dan heran mengapa pernyataan itu hingga dikeluarkan dan dimanfaatkan Allan untuk memperdalam sikap saling curiga pada level nasional.  

Insitusi TNI, Intelijen, maupun Polisi masih terus berbenah diri, dan idealisme kita tidak akan pernah cukup tersalurkan selama kita mengabdi kepada bangsa dan negara melalui isntitusi tersebut. Jaringan militer Blog I-I menentukan untuk menghilang dan mati rasa terhadap institusi resmi yang telah mengabaikan korps intelijen semenjak kemerdekaan hingga kala reformasi. Alih-alih untuk kenaikan pangkat, seleksi untuk posisi strategis yang memerlukan skill intelijen dianggap remeh, kualitas pusintelstrat Cilendek maupun BAIS tidak bertambah bertahun-tahun. Sekolah-sekolah jasus bagaikan kuburan bagi karir masa depan perwira TNI, Kursus Athan satu tahun dianggap sudah menguasai intelijen strategis, semuanya sangat menyedihkan. Sementara jaringan sipil Blog I-I juga menentukan untuk menghilang dan mati rasa terhadap BAKIN/BIN yang kurang memperhatikan pengembangan sumber daya manusia. Anggota BIN tidak seharusnya dibentuk terlena oleh sembako dan bingkisan permen pengibur rasa yang telah dijalankan semenjak kala Sudibyo untuk membusukkan BAKIN atas isyarat LB Moerdani, yang diharapkan yaitu training huruf dan profesionalitas serta sistem administrasi intelijen yang modern yang menghargai. Waduh ma'af jadi melantur dan emosional lantaran duka dengan pernyataan sahabat Ponto.

Akhir kata, Blog I-I mohon kepada para sahabat dan pembaca setia Blog I-I untuk menyebarluaskan kebaikan demi Republik Indonesia dan lebih berhati-hati terhadap propaganda model Allan Nairn. Mulailah untuk lebih cerdas dalam membaca propaganda-propaganda, termasuk apabila Blog I-I anda nilai terjerumus dalam dinamika propaganda yang mungkin tanpa disadari kurang baik untuk Indonesia. Jaringan Blog I-I terbuka untuk kritik dan masukan. Setidaknya jaminan Blog I-I yaitu bahwa kepentingan Blog I-I yaitu untuk bangsa dan negara Indonesia, apabila sahabat Blog I-I membaca secara hati-hati pasti sanggup menemukan cahaya dan makna yang terkandung dalam artikel-artikel Blog I-I yaitu untuk Indonesia. Bukan untuk kekuasaan, bukan untuk uang, bukan untuk popularitas, bukan pula untuk posisi jabatan. Itulah sebabnya Blog I-I justru banyak dimusuhi baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak yang mempunyai niat-niat jahat terhadap Indonesia. Blog I-I tidak berpolitik sehingga jangan berharap untuk mengendalikan Blog I-I dengan intimidasi, blokir, dan lain sebagainya.

Khusus kepada sahabat Ponto, semoga anda menjadi sadar dan mengurangi pernyataan publik yang sanggup menciptakan masyarakat menjadi gundah berprasangka. Andaikata apa yang dikutip Allan yaitu keliru, kami mohon ma'af, dan sebaiknya sahabat Ponto melaksanakan klarifikasi. Old soldiers never die, intelligence never retire, so my friend Ponto you're still part of our big family.

Salam intelijen,
Senopati Wirang

Sumber https://intelindonesia.blogspot.com

0 Response to "Tentang Propaganda Allan Nairn"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel