Mengetuk Hati Mangasah Nalar Membuka Mata Telinga

Seumur hidup kita belum tentu mengenali
Bila menentukan mencari apakah niscaya ketemu
Bila menentukan membisu akankah tiba yang dicari
Sungguh hidup kita selalu akan selalu resah

Ikhlasnya hati tidak gampang dikenali
Seolah kita hanya menipu dalam semu
Banyak yang meninggalkan makna diri
Menjalani dongeng hidup dalam resah

Manis bibir kita dalam senyum dan bicara
Sementara hati membeku dalam prasangka
Hati yang hening batasi lisan berbicara
Hati yang gelisah penuh syak wasangka

Mengetuk hati kepetangan walau sekejap masa
Mengasah nalar bersama biar berguna
Membuka mata melihat kelemahan bangsa
Membuka pendengaran sebelum semua mimpi sirna

Indonesia 2036 akan mencapai suatu masa
Tampak maju sentosa namun tidak sempurna
Kemajuan kadang menciptakan insan hilang rasa
Mabuk berjuang untuk dunia sampai merana

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh terbesar ialah diri sendiri
Bila Intel berhati kuasa
Bila Intel cendekia kuasa
Hanya melihat yang ingin dilihat
Hanya mendengar yang ingin didengar
Maka tunggulah hancurnya mimpi bangsa


Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh kedua ialah gampang diadu domba
Bila Intel berhati kepentingan
Bila Intel cendekia kepentingan
Hanya melihat untuk kepentingan
Hanya mendengar untuk kepentingan
Maka tunggulah gagalnya Indonesia wibawa

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh ketiga ialah kebodohan
Bila Intel berhati tumpul
Bila Intel cendekia bebal
Hanya melihat yang yummy dilihat
Hanya mendengar yang yummy didengar
Maka tunggulah generasi yang saling menikam

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh keempat ialah hilangnya waskita
Bila Intel hatinya entah dimana
Bila Intel akalnya terbolak-balik
Tidak lagi bisa melihat kenyataan
Tidak lagi bisa mendengar kebenaran
Maka tunggulah pecahnya perang saudara

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh kelima ialah keserakahan
Bila Intel hatinya menjadi hamba alat politik
Bila Intel akalnya menggembosi opisisi politik
Tidak lagi melihat pentingnya netral demi bangsa dan negara
Tidak lagi mendengar bunyi amanat rakyat dalam demokrasi
Maka 100 Tahun Indonesia merdeka, Indonesia akan biasa-biasa saja

Dirgahayu Republik Indonesia, 17 Agustus 2017

Senopati Wirang

Sumber https://intelindonesia.blogspot.com

0 Response to "Mengetuk Hati Mangasah Nalar Membuka Mata Telinga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel