Bin Celometan? Blog I-I Celometan?

Ketika saya dan beberapa jaring Blog I-I masih menjadi kadet calon biro puluhan tahun silam, ada satu prinsip dasar intelijen yang selalu diingatkan oleh pelatih guru jasus yakni "jangan celometan" atau banyak bicara wacana pekerjaan, identitas, maupun wacana posisi/sikap wacana suatu dinamika sosial maupun politik. Kemudian hal itu juga kami terima dari pembinaan dengan CIA dan Mossad, dimana prinsip need to know adalah kunci sukses sebuah operasi. Yakni dengan memahami sensitivitas dan dampak dari suatu informasi yang diketahui oleh banyak orang. Bahkan untuk propaganda penciptaan opini yang memerlukan penyampaian informasi secara sempurna dan efektif, jasus tidak pernah melaksanakan propaganda atas namanya sendiri apalagi atas nama forum intel.

Mengapa kini saya jadi celometan? Hal ini tidak lain tidak bukan lantaran keprihatinan yang sangat mendalam terhadap perilaku sejumlah pimpinan intelijen paska reformasi yang terlalu banyak bicara sehingga sanggup dianalisa baik oleh pihak abnormal maupun kekuatan politik dalam negeri dan bahkan oleh masyarakat umum. Sebut saja contohnya ZA Maulani, Hendropriyono, Sutanto. Marciano, Sutiyoso dan terakhir Budi Gunawan sepertinya cukup bahagia bicara kepada publik. Hanya Arie Kumaat dan Syamsir Siregar yang relatif ekonomis bicara dibandingkan dengan Kepala Intel lainnya.

Bagaimana dengan ratusan artikel Blog I-I, apakah hal itu juga bukan celometan? Iya sedikit banyak sanggup dinilai celometan juga, namun perhatian dengan seksama makna, maksud dan tujuan serta bagaimana anda memahaminya sehabis membaca artikel Blog I-I. Semua yang disampaikan Blog I-I yaitu terukurdan obyekfif serta tidak sanggup diasosiasikan dengan pemerintah maupun kekuatan politik tertentu, artinya independen dan obyektif. Kemudian dengan perilaku kritis mempunyai tujuan memperlihatkan alternatif pemikiran, koreksi, serta mengandung peringatan dan saran. Karena Blog I-I tidak beraosiasi dengan kelompok kekuatan manapun, maka ada sebagai pembaca akan menemukan catatan-catatan yang relatif obyektif tanpa muatan politik tertentu.

Berbeda dengan celometan Kepala BIN yang akan dengan segera mencerminkan sebuah posisi tertentu. Ambil saja teladan pernyataan tertulis Kepala BIN wacana pembubaran HTI. Dalam prinsip intelijen, apa yang dilakukan oleh Budi Gunawan setidaknya melanggar beberapa prinsip dasar intelijen, sbb:
  1. Pernyataan tertulis BIN merupakan bukti otentik perilaku BIN yang telah melalui proses pengkajian analis BIN yang seharusnya tidak perlu diungkapkan kepada publik. Walaupun yang disampaikan mungkin benar demi keutuhan negara dan kepentingan nasional, namun evaluasi bahwa "eksistensi HTI tidak berlandasan dan bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga menimbulkan keresahan dalam masyarakat. ancamannya kepentingan nasional" sesungguhnya bersifat rahasia. Akan lebih baik apabila, pernyataan Kepala BIN tersebut lebih disebabkan pertanyaan wartawan dan disampaikan secara impulsif dan tidak tertulis. 
  2. Terjadi redundancy (pengulangan yang tidak perlu). Benar bahwa Kepala BIN mempunyai hak penuh untuk bicara kepada publik atas nama organisasi dan menjadi satu-satunya sumber info terkait dengan organisasi intelijen, pandangan dan sikapnya. Ancaman nasional atau bahaya terhadap kepentingan nasional yang dilabelkan kepada HTI merupakan hasil kajian serius lengkap dan mendalam dikarenakan telah menghasilkan rekomendasi pembubaran. Pernyataan resmi pemerintah wacana pembubaran HTI sudah cukup dari Kemenkopolhukam Wiranto lantaran memang posisinya yang mendapat mandat dari Presiden Jokowi untuk mengkaji ormas anti-Pancasila. Seyogyanya jajaran aparatur keamanan lainnya menyerupai TNI, Polisi Republik Indonesia dan BIN tidak perlu "memperkuat" pernyataan Wiranto apalagi dengan pernyataan tertulis. Seolah-olah dirasa perlu membuat opini publik yang kuat wacana HTI yang menjadi bahaya bagi kepentingan nasional. Hal ini bahwasanya tidak melanggar prinsip propaganda, namun lebih melanggar prinsip need to know. Dimana kini masyarakat luas menjadi tahu perilaku BIN. 
  3. Sebuah cara yang lebih cerdas apabila BIN ingin melakuka cipta kondisi dan cipta opini publik yaitu dengan memakai pengamat, akademisi, dan tokoh-tokoh nasional lainnya supaya mengeluarkan pernyataan yang mendukung kebijakan pembubaran HTI. Makara jangan BIN sendiri yang mengucapkannya. Mengapa BIN sebaiknya jangan bicara? Karena hal itu merusak aura misteri dan kerahasiaan intelijen. Dalam teori propaganda, akan lebih efektif apabila masyarakat dipengaruhi bukan oleh orang intelijen apalagi Kepala Intel. Salah satu teknik propaganda jasus yang besar lengan berkuasa yaitu appeal of authority yakni pernyataan yang disampaikan oleh pihak yang mempunyai otoritas. Dalam kasus pembubaran HTI, apakah sempurna untuk menjadikan intelijen sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pembubaran HTI? Kalo kata anak sekarang....ya pastilah jasus ngomongnya begitu!
  4. Setelah membaca dan mengetahui perilaku resmi BIN wacana pembubaran HTI, masyarakat tentu akan mempunyai persepsi yang terang bahkan berspekulasi BIN yaitu otak dari pembubaran HTI. Apakah jasus lantas sanggup berbangga diri dengan karya analisanya dan sikapnya? TIDAK, intel seharusnya bekerja tanpa diketahui publik namun dampaknya terasa di masyarakat. Hal ini kembali pada prinsip dasar kerahasiaan (secrecy) dimana meskipun Intel bekerja yang paling keras dan paling banyak berkontribusi, namun tidak perlu jasus bicara ke publik.
Demikian, semoga bermanfaat
Salam Intelijen
Dharma Bhakti


Sumber https://intelindonesia.blogspot.com

0 Response to "Bin Celometan? Blog I-I Celometan?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel