Benarkah Bin Anti Islam?
Kontroversi Surat Edaran BIN (sumber dari Internet)
Tidak usang sehabis BIN membuatkan propaganda kontribusi pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), BIN kembali menjadi sorotan isu lantaran bocornya Surat Edaran Larangan Berjenggot dan Memakai Celana Cingkrang bagi pegawai BIN yang kemudian diklarifikasi dua kali yakni pertama oleh Deputi Komunikasi dan Informasi BIN yang membenarkan SE larangan berjenggot dan kedua oleh Sestama BIN yang membantah SE larangan berjenggot tersebut.
Baca Juga
Demi keutuhan Republik Indonesia, tentu tidak aman untuk membahas mayoritas-minoritas yang sanggup memicu terjadinya konflik kepentingan yang sanggup berujung pada konflik terbuka. Namun demikian, cara-cara yang ditempuh BIN dan Pemerintah dalam meggembosi secara umum dikuasai biar dominasi minoritas tidak tergerus telah terbaca terang oleh sebagian penggerak Islam yang waspada. Adalah isu-isu yang menggambarkan seakan-akan Islam anti Pancasila yang digunakan, sehingga terjadilah pelarangan HTI dan rencananya juga akan menimpa seluruh ormas Islam yang dilabel anti-Pancasila. HTI sebagai pola masalah masih terus bergulir dan belum tamat dalam proses aturan pelarangan, namun secara politik efeknya telah terasa di kalangan HTI. Siapa otaknya? Benarkah semua dirancang oleh BIN?
Mencermati kecurigaan-kecurigaan terhadap BIN, sanggup disampaikan bahwa pelarangan HTI dan upaya memarjinalkan umat Islam bukan hasil karya taktik BIN semata. Hal itu merupakan kepingan dari taktik pemerintah dalam menekan kelompok Islam politik yang tujuannya biar umat Islam secara umum tidak memakai sentimen agama dalam berdemokrasi, lantaran jikalau sentimen agama menguat maka sanggup dipastikan bahwa partai-partai politik berbasis Islam akan berjaya dalam pemilu kepala tempat maupun pemilu presiden. Hal inilah yang terjadi di Turki dan Mesir dimana kesadaran umat Islam berhasil memenangkan partai Islam. Turki sanggup dikatakan berhasil lantaran relatif lebih modern dan sukses dalam memelihara kemenangan partai Islam yang tidak secara tiba-tiba melaksanakan Islamisasi sebagaimana di Mesir dimana kemudian kemenangan partai Islam Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin) yang gagal dalam menganalisa oposisinya dengan melaksanakan pencucian dan dominasi seluruh posisi jabatan kunci negara dan gagal pula dalam mendeteksi aliansi Tentara dan kelompok Islam liberal dan minoritas.
Bagaimana sebenarnya kita sanggup secara obyektif menilai sebuah perilaku anti-Islam? Selama anda sanggup beribadah dengan nyaman dan aman, selama anda sanggup merayakan hari-hari besar agama Islam, selama anda tidak dihalang-halangi dalam melaksanakan anutan Islam, maka tentunya yang sedang berkuasa tidak bersikap anti-Islam. Islam dalam aspek ibadah ritual maupun amaliah sosial hidup subur di Indonesia dan mereka dari kelompok Islam radikal hingga liberal sanggup menjalankan acara keIslamannya maupun meninggalkan ibadah keIslamannya tanpa rasa khawatir. Lebih jauh lagi, aturan yang berlaku ialah bukan aturan Islam, sehingga proses penghukuman juga secara nyaman bersandar kepada aturan nyata baik pidana mupun perdata. Puncaknya ialah pada sistem politik demokrasi dan dasar negara Pancasila serta konstitusi Undang-Undang Dasar 1945, dimana semuanya menjamin kebebasan beragama dan kebebasan individu dalam menentukan apakah dirinya menjadi religius maupun menjadi tidak religius. Sepanjang taat pada aturan yang berlaku, anda sanggup hidup nyaman tentram dan aman di Indonesia.
Situasi obyektif anti-Islam baik oleh pemerintah maupun kebanyakan warga Indonesia yang liberal ialah terhadap Islam politik dan aturan Islam. Terjadi semacam perilaku alergi lantaran akan terjadi benturan dari prinsip-prinsip Islam politik dan demokrasi serta sistem politik Pancasila. Sebagai pola pelaksanaan aturan syariah di Aceh oleh kaum Islam liberal Indonesia akan tampak sebagai suatu hal yang mengerikan, pola sederhana anda tidak sanggup berduaan dengan pasangan bukan muhrim. Lebih jauh lagi problem kebebasan dan HAM yang merupakan nirwana bagi pelaku penyimpangan seksual menyerupai kaum LGBT menyerupai kasus pesta gay di Jakarta baru-baru ini. Penangkapan oleh polisi terhadap prostitusi gay tersebut bahkan dikecam LBH Jakarta, tidak terbayang seandainya aturan Islam yang berlaku.
Bayangan ihwal benturan-benturan yang terjadi dalam sistem politik Islam dan pelaksanaan aturan Islam lantaran perbedaan perilaku dalam badan umat Islam Indonesia telah menciptakan kontribusi politik terhadap partai politik Islam menjadi lemah. Itulah sebabnya semenjak awal kemerdekaan, para ulama Islam dan pimpinan ormas Islam secara umum dikuasai cenderung untuk menentukan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dijiwai oleh nilai-nilai keIslaman daripada menerapkan sistem politik Islam dengan negara Islam dan aturan Islam. Selain keberatan dari kaum minoritas, khususnya keberatan dari Indonesia Timur, dari umat Islam sendiri terpecah dalam perbedaan pandangan ihwal kewajiban menegakkan negara Islam. Singkat kata, secara umum dikuasai umat Islam Indonesia lebih nyaman dalam negara Pancasila daripada negara Islam. Hal itu bukan lantaran anti-Islam, melainkan lebih bersifat pilihan yang aman dan tidak bersifat konflik lantaran perbedaan tadi.
Kembali kepada apa yang terjadi di BIN, sanggup kita meraba-raba dan menduga bahwa kebocoran demi kebocoran dari BIN terkait isu jenggot dan celana cingkrang boleh jadi cermin dari adanya kelompok di BIN yang cenderung semakin taat beragama dan kelompok profesional. Kaprikornus bukan anti-Islam. Tidak benar apabila BIN dikatakan anti-Islam. Spekulasi-spekulasi ihwal BIN yang anti- Islam sebagaimana berkembang di sebagian kalangan Muslim Indonesia tidak mempunyai landasan yang kuat.
Kebijakan yang harus segera ditempuh oleh BIN ialah menerapkan disiplin organisasi yang lebih ketat serta melaksanakan test ulang integritas seluruh anggota BIN dan sistem pembagian terstruktur mengenai terusan terhadap laporan. Hal ini akan sanggup mencegah terjadinya kebocoran-kebocoran yang tidak dikehendaki di masa mendatang. Semoga BIN sanggup terus berbenah menjadi organisasi yang profesional obyektif dan berintegritas.
Salam Intelijen
Dharma Bhakti
Sumber https://intelindonesia.blogspot.com
0 Response to "Benarkah Bin Anti Islam?"
Posting Komentar